Minggu, 10 Juni 2012

ONNO W PURBO | BAPAK TIK INDONESIA






Onno Widodo Purbo (lahir di Bandung 17 Agustus 1962) adalah seorang tokoh (yang kemudian lebih dikenal sebagai pakar di bidang) teknologi informasi asal Indonesia. Ayah Onno,Hasan Poerbo, adalah seorang profesor di ITB bidang lingkungan hidup yang banyak memihak pada rakyat kecil. Onno masuk ITB pada jurusan Teknik Elektro angkatan 1981. Enam tahun kemudian Onno lulus dengan predikat wisudawan terbaik. Setelah itu Onno melanjutkan studi ke Kanada dengan beasiswa dari PAU-ME.

RT/RW-Net adalah salah satu dari sekian banyak gagasan yang Onno lontarkan yang mengukir Sejarah Internet Indonesia. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi di berbagai media, seminar, konferensi nasional maupun internasional terutama untuk memberdayakan masyarakat Indonesia menuju masyarakat berbasis pengetahuan. Lebih dari 161 kota besar di 33 negara di kunjungi dalam perjalanan hidup-nya. Onno percaya filosofy copyleft, banyak tulisannya dipublikasi secara gratis di internet.

Riwayat pendidikan

  • 1987 S1 Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Elektro. Judul skripsi “Perancangan dan implementasi rangkaian RS232C 8 kanal & program untuk praktikum” di bawah bimbingan Prof. DR. Samaun Samadikun dan DR. Adang Suwandi


  • 1989 S2 (M.Eng) McMaster University, Kanada – Semikonduktor Laser. Judul tesis “Numerical models for degenerate and heterostructure semiconductor diodes” di bawah bimbingan Prof. DR. D.T.Cassidy[5] dan Prof. DR. S.H. Chisholm.


  • 1993 S3 (Ph.D) Universitas Waterloo, Kanada – Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit. Judul tesis “Studies on Polysilicon Emitter Transistors made on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator” di bawah bimbingan Prof. DR. C.R. Selvakumar.


Penghargaan
Menerima beberapa penghargaan / pengakuan tingkat nasional dan internasional, seperti


  • 1987, Lulusan Terbaik, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung.


  • 1992, Masuk dalam buku “American Men and Women of Science”, R.R.Bowker, New York (Amerika Serikat).


  • 1994, Profil Peneliti, KOMPAS 26 Desember 1994.


  • 1996, Menerima “Adhicipta Rekayasa”, dari Persatuan Insinyur Indonesia.


  • 1997, Menerima “ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award”, dari ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO)


  • 2000, Masuk dalam buku “Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global”, Editor Ninok Leksono, KOMPAS.


  • 2000, Award for Indonesian Internet Figure, KADIN Telematika Award.


  • 2002, Eisenhower Fellow, dari Eisenhower Fellowship (Amerika Serikat).


  • 2003, Sabbatical Award, dari International Development Research Center (IDRC) (Kanada).


  • 2005, Ashoka Senior Fellow, dari Ashoka (Amerika Serikat).


  • 2008, Menerima “Gadget Award Exclusive Appreciation”, dari Majalah Gadget.


  • 2008, Menerima “IGOS Summit 2 Award”, dari MENKOMINFO “Atas Semangat dan 

        Perjuangan menyebarluaskan pemanfaatan Open Source di Indonesia”.

  • 2008, Masuk dalam buku “Indonesia 100 Innovators”, Business Innovation Center.


  • 2008, Menerima Gelar ” Pahlawan Generasi Masa Kini” dari Modernisator.


  • 2009, Indigo Fellow: Digital Community Fellow, dari PT. Telekomunikasi Indonesia.


  • 2009, Anugrah “TIRTO ADHI SOERJO” kategori Pelopor / Pemulai, dari [I:BOEKOE] 

           http://indonesiabuku.com/

  • 2009, Anugrah “Competency Award 2009 dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).


  • 2010, Anugrah “Tasrif Award” dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI)


Profil  internet

Facebook http://www.facebook.com/onno.w.purbo
Twitter @onnowpurbo

HENRY SETIAWAN | PUTRA INDONESIA DI MICROSOFT

Tokoh TIK - Henri Setiawan
 
Bagi sebagian orang, berprestasi dan berkarir di luar negeri itu glamor, mengejar penghasilan juga prestise. Karena itulah, tidak sedikit para ekspatriat Indonesia yang memilih bekerja di negeri orang.

Fenomena ini juga yang membuat pemerintah khawatir dengan jumlah orang pintar Indonesia yang semakin banyak, tetapi selalu direkrut negara-negara lain. Jumlahnya bertebaran.

Henry Setiawan, satu dari ratusan orang pintar Indonesia yang kini menjadi bagian dalam pengembangan produk Microsoft, di salah satu produk besutan perusahaan raksasa perangkat lunak, Bing.

Henry Setiawan yang asli kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 33 tahun lalu itu, sebelum bergabung di Bing, ia kerap menjadi bagian di Messenger Server.

Bagi Henry, biar bagaimana pun, dan selama apa pun, bekerja di luar negeri, ia tetap bangga menjadi orang Indonesia, meskipun, tempat ia bekerja 70 persen dikuasai orang China dan India.

“Ketika di luar negeri, saya bangga sebagai orang Indonesia yang punya andil besar di Microsoft,” ujar Henry saat menjawab pertanyaan Okezone, beberapa waktu lalu.

Alasan itulah yang membuat pria bergelar PhD untuk Computer Science di University of Technology Sydney, Australia ini, selalu ingin kembali ke Tanah Air dan berkomunikasi dengan banyak orang Indonesia, dan satu hal yang terpenting adalah berkontribusi bagi anak-anak di Indonesia, khususnya di bidang teknologi.

"Saya sangat ingin sekali terus berada di Indonesia, dan bisa memberikan masukan ke anak-anak Indonesia," tuturnya.

Posisi di Microsoft

Pria yang mengagumi Bill Gates (pendiri Mocrosoft) lantaran  menganggap sebagai sosok yang visioner ini, berharap suatu saat banyak anak Indonesia yang bergabung dengan perusahaan berlokasi di Redmond, Amerika Serikat.

Ia sekarang ini menduduki posisi Senior Software Design Engineer, menjadi bagian dari pengembangan Bing. Pria dua anak ini juga sesekali menjadi mentor ke junior untuk sharing pengetahuan.

Menyoroti kemampuan anak-anak Indonesia, ia melihat tidak kalah hebatnya, terlebih di bidang teknis. Namun yang menjadi sorotan Henry, banyak anak muda yang bekerja tanpa passion, improve dan mau mengembangkan kemampuan.

Putra dari pasangan Jan Setiawan dengan Ine Setiawan ini juga mengungkapkan, bekerja di luar negeri itu, memang dituntut untuk bisa mencari masalah dan membuat peluang. "Dan menjadi bagian dari pengembangan produk Microsoft merupakan pengalaman yang luar biasa," urai  pria yang pernah juga mengenyam pendidikan di Singapura  mengambil Computer Enginering ini.

Bagaimana Masuk Microsoft

Lalu, bagaiman pria pendengar lagu David Foster ini sukses berkarir di Microsoft. Menurutnya, momentum datang ketika ia melanjutkan sekolah di Australia, pada 2006.

Ketika itu Microsoft membuka lowongan pekerjaan dan Henry pun mencoba, setelah mengikuti serangkaian tahapan serta proses wawancara selama enam jam, hingga akhirnya diterima, dan ia pun diboyong ke Redmond, Amerika Serikat (AS).

"Ada beberapa tahapan dan wawancara yang memakan waktu enam jam. Puji syukur saya diterima," ungkap Henry yang mengaku pernah menjadi loper koran di Australia.