Sabtu, 23 Oktober 2010

TEKNOLOGI DIGITAL SEBAGAI CIKAL BAKAL LAHIRNYA NEW MEDIA

Pendahuluan

New Media merupakan istilah baru pada 5 tahun terakhir yang menandai datangnya sebuah era baru yang disebut “ERA DIGITAL”. Apa itu digital? Kata ‘Digital’ itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata digitus yang berarti jari jemari. Artinya bahwa jumlah jari-jemari manusia adalah 10, dan angka 10 terdiri dari angka 1 dan 0 , oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital yang ditandai dengan angka o dan 1 sebagai basis datanya yang biasa disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).

Teori Digital mengandung sebuah konsep ilmu pengetahuan baru yaitu sebagai dasar perkembangan Teknologi dan Sains yang menampilkan sebuah perubahan pesat dan drastis dari yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari yang bersifat rumit menjadi ringkas (mengutamakan device shortcut).
System Digital adalah sebuah metode yang kompleks dan fleksibel sehingga sangat menolong umat manusia dalam segala bidang kehidupan. Teori Digital selalu berhubungan dengan konten yang mutahir menjadi sebuah sistem informasi . System Digital sebagai dasar atas lahirnya konten media (yang didalamnya ada sistem informasi yang tak terbatas) dan sekarang dikenal sebagai New Media.
Dengan demikian Media Baru adalah konten yang terbentuk dari kreatifitas dan interaksi manusia dengan teknologi digital.

Budaya Teknologi dapat diartikan sebagai perilaku (behaviour) dan kebiasaan (habit) hidup masyarakat dalam pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan dan makna kehidupan sehari-hari. Terbentuknya komunitas baru pengguna teknologi, sebagai akar lahirnya kultur baru dalam masyarakat. Tanpa disengajapun kita hidup sangat tergantung pada teknologi saat ini. Ketergantungan satu sama lain dalam sebuah komunitas sosial masyarakat, mengharuskan kita menyesuaikan diri. Jika dalam satu komunitas tertentu telah menggunakan teknologi sebagai solusi kehiduan mereka, mau tidak mau individu yang berhubungan dengan komunitas tersebut akan mengikutinya. Sebagai contoh bahwa setiap orang sangat mudah memiliki sebuah alat komunikasi yang disebut handphone, dimana dulu sekitar tahun 1995, Handphone (HP) merupakan alat mewah yang sulit dimiliki oleh setiap orang, karena selain harga mahal dan juga karena penggunaannya yang dianggap terlalu canggih, belum layak untuk dimilki setiap orang. Tetapi sejalan dengan waktu dan tuntutan komunikasi antar personal yang didorong juga oleh gaya hidup, maka alat ini (HP) telah menjadi alat yang hampir setiap orang di kota besar (sudah mulai merambah di desa-desa) telah memilikinya.

Perilaku masyarakat menggunakan alat bantu telekomunikasi itu, menjadi ‘habit’ (kebiasaan) bahkan telah menuju tingkat kebutuhan primer, artinya ketergantungan terhadap alat komunikasi ini sangat tinggi. Handphone yang diartikan juga sebagai telepon genggam, sekarang ini sudah tidak dipandang sebagai alat yang istimewa karena alasan life style (gaya hidup). Tetapi alasan untuk memilikinya adalah untuk kepentingan bisnis, efesiensi dan efektifitas berkomunikasi.


PERGESERAN NILAI

Konvergensi yang terjadi pada media sebagai bukti adanya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat. Hal ini dibentuk oleh perpaduan antara loncatan pengetahuan para pembuat konten dan kemampuan pengetahuan pengguna yang disebut user. Pergeseran nilai ini didorong oleh efesiensi, politik dan ekonomi, yang dikendalikan oleh pemilik modal. Didukung oleh adanya teknologi yang memungkinkan sebuah alat yang dapat digunakan untuk multi application, ini yang disebut sebagai onestop solution bagi pengguna.

Dengan adanya aksesbilitas yang memadai untuk mengirim data dari provider kepada user, maka konten-konten media yang berisi informasi (news) dapat diakses secara online. Inilah bukti nyata yang tidak bisa dibendung oleh media cetak dan media elektronik, bahwasanya teknologi digital telah memasuki era “internet Protokol Based” (IP BASED) sehingga terjadilah konvergensi yang sangat drastis. Realita lainnya adalah, cara beriklan turut mengalami konfergensi, menjadi berubah karena masyarakat sudah berubah dalam memanfaatkan teknologi. Sekarang hampir semua orang memiliki telepon genggam (HP), telah merubah perilaku dan cara berkomunikasi dalam masyarakat awam menjadi masyarakat yang melek teknologi. Dari kebiasaan memakai telepon koin di pinggir jalan (masih ada sampai tahun 2003) sampai kepada mengirim surat via pos (digantikan oleh SMS) dan masih banyak contoh konkrit lainnya dala aplikasi transfer data dan video misalnya.

Akhirnya, masyarakat berharap bahwa teknologi adalah solusi bagi kehidupannya. Ketergantungan terhadap teknologi menjadi sangat tinggi karena penggabungan berbagai aplikasi yang bisa diinstal di dalam (alat) misalnya koputer atau Smartphone. Kalau dulu ketika pertama sekali HP itu keluar aplikasinya masih sangat sederhana dan sangat terbatas, seputar voice dan SMS (Short Message Service) saja. Tetapi nyatanya sekarang ini, teknologi HP telah mengalami modifikasi yang luar biasa cepat, itu semua karena permintaan pasar, adanya kebutuhan dan peluang yang memungkinan untuk ‘delivery data interne’t dalam kapasitas yang cukup memadai. Perkembangan ini telah membuat industry telekomunikasi menjadi ramai dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sehinggga industry telekomunikasi berlomba-lomba melakukan peningkatan fasilitas dan service seperti Iphone dan Android yang diusung oleh Samsung, semuanya dia sebut sebagai SMART PHONE. Kemungkinan besar internet akses melalui handphone tidak bisa dibendung sekali pun berakibat pada bisnis lain seperti media cetak (majalah dan Koran). Karena selain jaringan internet di HP memadai untuk akses media online, juga perkembangan pembuatan konten media sangat pesat. Telah dirasakan oleh masyarakat efeknya sangat menolong manusia sebagai makhluk social. Budaya membaca koranpun bergeser dengan cepat sekali kepada kebiasaan membaca berita di dalam media online. Kita dapat merasakan langsung akibatnya terhadap oplah percetakan surat kabar dan majalah (perlu dukungan data penelitian tentang menurunnya oplah percetakan). Selain itu juga bahwa dengan adanya jaringan internet dalam HP Smart Phone maka pengguna begitu mudahnya mengakses website dan melihat / membaca berita online melalui handphone bahkan iklan-iklan lainnya yang telah disediakan oleh website yang bisa dibaca setiap saat.


DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

Dengan tersedianya infrastruktur telekomunikasi yang semakin hari semakin berkembang, seperti komitmen dari salah satu operator “Telkomsel” saat ini bahwa seluruh desa dan kecamatan se Indonesia akan terjangkau oleh jaringan telkomsel. Telah mendorong orang desa menggunkan handphone (HP) selayaknya orang diperkotaan. Berarti orang-oang desapun akan mengakses berita online melalui fasilitas handphone mereka. Masyarakat menyambut baik teknologi ini, sekalipun masih belum ada pemerataan yang signifikan dari sisi pengetahuan dan etika serta pemahaman hukum sebagai ekses dari teknologi ini sendiri. Peran pemerintah dituntut untuk menyediakan sarana edukasi tentang manfaat teknologi serta efek new media yang merasuk ke dalam kehidupan masyarakat. Disin lain masyarakat sangat tertolong jika mengetahui cara pemanfaatan fasilitas jaringan dan konten tersebut, misalnya upaya peningkatan usaha dan produk dari daerah pedesaan. Biaya pemasaran dan iklan menjadi murah dengan hanya membangun website produk setiap daerah.

Sekarang masyarakat bisa menonton TV melalui jaringan di HP, artinya konsep dari TV kabel akan terancam dengan adanya perkembangan aplikasi new meida ini setiap hari. Siaran TV yang dulu menggunakan frekuensi khusus dengan biaya sangat besar untuk menjangkau TV di desa terpencil. Teknologi Transmisi analog pada frekuensi tertentu, bisa menjangkau jarak jauh sehingga memungkinkan sistem media penyiaran lebih mudah dalam mentransmisi pesan-pesannya kepada masyarakat. Ketika TV kabel muncul, pola layanan dan sikap masyarakat berubah, dimana yang dulunya gratis, sekarang berbayar. Idealnya memang TV itu berbayar, agar operatornya jangan bangkrut karena biaya transmisi sangat mahal. Menangkap peluang itu maka teknologi TV kabel sudah mampu dibuat menjadi IP Based sehingga memungkinkan audiens dapat mengakses siaran melalui internet. Hal ini membuat tatanan baru dalam masyarakat agar mampu menyesuaikan diri menggunakan media baru tersebut.
New Media telah menjadi lahan baru dalam dunia bisnis di era tahun 2010, didukung oleh pemahaman tentang keterbukaan, regulasi dan kebebasan berekspresi dengan kratif yang tak terbatas. Selain itu disebabkan juga oleh semakin meningkatnya pembangunan infrastuktur jaringan internet akses. Pembangunan konten juga harus dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan dan permintaan masyrakat. Indonesia termasuk Negara yang sangat terlambat dalam membangun konten yang sesuai dengan kondisi social budaya. Justru konten dari luar seperti Amerika dan Eropa yang menguasainya. Sementara masyarakat kita belum siap menghadapinya.

Budaya Teknologi dalam media baru ini tidak bisa dibendung lagi, suka atau tidak suka masyarakat
Indonesia harus dengan lapang dada menerimanya. Bagaimana mengantisipasinya pada generasi kita, diperlukan kearifan dan kemampuan daya cipta yang besar dari setiap individu. Misalnya edukasi pemakaian jejaring social seperti facebook, twiter dan lain-lain. Bagaimana agar kita mampu menciptakan sesuatu yang baru dan dapat mewariskannya kepada anak-cucu kelak. Daya cipta itu harus di simpan dalam suatu server dan bisa diakses dari jaman ke jaman oleh setiap generasi kita.


KESIMPULAN

Dalam rangka memanfaatkan New Media, masyarakat dituntut agar mampu memahami apa itu teknologi yang mendukung proses penyampaian pesan (konten) kepada masyarakat. Proses edukasi penguasaan teknologi tersebut telah menciptakan masyarakat baru dalam kebiasaan yang baru, yaitu budaya teknologi yang mampu memahami apa itu arti media baru, apa gunanya dan apa efeknya bagi kehidupan manusia.


PUSTAKA :
Arnold Pacey (1999) Meaning of  Technology, MA: MIT Press
Arnold Pacey (1985), Culture of  Technology, MA: MIT Press
KOMPASINDO
Dipankara (May 21, 2012) : Jakob Utama, Rajai Bisnis Media Tanpa Jumawa,

Anwar Arifin, Rema Karyanti Soenendar  (2011) : Sistem komunikasi Indonesia, Simbiosa Rekatama Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar